Rabu, 29 September 2010

Konsultasi Bapak Saparudin

Ma’af  kalau tidak sesuai, saya butuh bantuan solusi dari semua usaha saya yang tidak  pernah maju. Saya telah mencoba beberapa usaha, kredit sepatu ambil dari Cibaduyut, tetapi karena macet , sekarang yang jalan agen rokok ambil dari Kudus jalannya juga tidak menggairahkan karena ternyata dipasar banyak orang jalani usaha itu. Padahal saya sudah berusaha maksimal, sudah  ada sales tapi belum banyak belum punya mobil dll. Bagaiman solusinya, trims.

Jawab :

Yang terhormat, bapak Saparudin di Palembang.  Saya memahami kondisi usaha yang dijalankan sekarang.  Yang harus dilakukan adalah mencari factor penyebab kelesuan usaha bapak.  Yang jelas, bapak belum memiliki pola dan alur usaha yang jelas. Bapak menjalankan usaha dengan tanpa keyakinan yang pasti.  Sehingga usaha yang dijalankan menjadi kurang bergairah.

Usaha sebagai agen rokok, margin (keuntungan) yang diperoleh sangat kecil, akan tetapi modal yang dikeluarkan sangat besar.  Belum lagi perputaran uang sangat lambat, apalagi bapak mengambil barang dari Kudus, apabila bayar tunai, artinya uang disimpan pada persediaan cukup lama, karena dilihat dari perjalannya saja, dari Kudus ke Palembang memerlukan waktu yang lama

Kalau bapak akan terus mempertahankan usaha ini, dengan pertimbangan pasar yang sudah dikuasai, bapak harus melakukan diversifikasi usaha, dengan melakukan penjualan produk yang laku dipasar dengan margin yang tinggi.  Sebagai contoh, ada teman yang mau melakukan kanvas untuk barang yang memiliki margin yang tinggi.  Misalnya makanan anak-anak yang tidak memiliki merek terkenal, biasanya marginnya tinggi. Kemudian barang non makanan, seperti korek api, pemantik, peniti, jarum dan banyak lagi.  Barang seperti ini cukup dengan modal kecil, akan tetapi keuntungan besar.

Yang paling penting adalah memaksimalkan keuntungan bisa dengan meningkatkan jumlah penjulan, bisa dengan meningkatkan margin penjulan dan bisa juga dengan memperbanyak jenis barang yang dijual.

Memang mencari pola usaha , tidak mudah, akan tetapi pola harus ditemukan, karena apabila sudah ditemukan, usaha akan mudah dijalankan. Kita bisa bercermin pada usaha sejenis yang telah sukses. Dari sini kita bisa pelajari kelemahan dan kelebihan kita. Juga kelemahan dan kelebihan mereka.
.
 Terima Kasih, Semoga Sukses.

Firdaus Hendrawan

Fungsi Pemetaan Dalam Menentukan Arah Pasar

Pada umumnya peta dipergunakan oleh orang yang sering melakukan perjalanan, atau oleh orang yang memiliki pekerjaan dibidang pertanahan atau peta juga sering dipergunakan oleh tentara untuk menentukkan daerah kekuasaan dan daerah lawan.

Fungsi peta adalah penunjuk arah posisi kita sekarang dan arah yang akan dituju, serta jalan yang harus dilalui untuk memudahkan dalam perjalanan. Orang yang sudah sering melakukan perjalan ke tempat yang sama, mungkin tidak memerlukan peta, karena dia sudah menguasai medan perjalanan. Akan tetapi bagi orang yang terbiasa menggunakan peta, walaupun sudah menguasai medan perjalanan, akan tetapi rasanya belum sempurna tanpa peta.

Dalam manajemen,  peta atau lebih sering digunakan istilah pemetaan (mapping) berfungsi sama dengan peta yang sesungguhnya, yaitu petunjuk arah kebijakan yang akan ditempuh oleh manajemen suatu perusahaan. Salah satu peta yang digunakan adalah peta pasar.

Bagi pengelola usaha professional, peta merupakan alat yang cukup penting dalam pengambilan kebijakan perusahaan. Bisa diibaratkan, apabila kita akan memasuki sebuah rumah dalam keadaan gelap, kita memerlukan alat untuk menerangi ruangan. Peta bisa berfungsi sebagai lampu senter, yang dapat menerangi ruangan sesuai dengan cahaya yang kita arahkan.

Yang sudah mengetahui tata letak ruangan dan barang isi ruangan, mungkin tidak memerlukan lampu senter untuk melangkah ke  tempat yang ingin dituju. Akan tetapi tetap saja menggunakan lampu senter akan lebih cepat. Dan mungkin saja terjadi perubahan letak barang dalam ruangan, sehingga akan menghambat dalam menuju arah tujuan.

Pemetaan (mapping) adalah satu bagian dari sekian banyak analisa, yang memberikan gambaran nyata tentang sesuatu yang kita harapkan.  Manfaat pemetahaan akan sangat besar apabila kita memulai dengan sesuatu yang baru atau berada dalam tempat yang baru.  Dalam tulisan sebelumnya, saya pernah menulis tentang strategi untuk meningkatkan penjualan pada perusahaan asuransi. Dalam uaraian dibawah saya akan menguraikan lebih rinci tentang mapping yang berhubungan dengan peningkatan penjualan.

Ada beberapa sumber data yang dipergunakan dalam pemetaan, diantaranya adalah hasil survey, dari lembaga survey seperti LSI (Lembaga Survey Indonesia), data yang dibuat oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan public, seperti Dinas Perhubungan, yang  memiliki data jumlah kendaraan, data pemakai jasa kendaraan umum, data kenaikkan arus penumpang pada waktu mudik hari raya dan lain-lain.

Akan tetapi data yang lebih spesifik, lengkap, dan mudah mendapatkannya adalah Demografi Kependudukan. Setiap kelurahan atau kecamatan memiliki Demografi Kependudukkan, kita bisa meminjam dan mem-photo copy nya. Demograpi Kependudukan  berisikan semua data potensi wilayah pada suatu daerah tertentu. Dari mulai batas wilayah, luas wilayah, penggunaan lahan, jumlah penduduk, berdasarkan umur, mata pencaharian, jumlah sekolah, rumah sakit, perusahaan, pabirk dan lain-lain.

Dari data tersebut kita bisa membuat database yang berhubungan langsung dengan usaha yang kita jalankan. Sebagai contoh bagi perusahaan asurnasi diperlukan data tentang mata pencaharian, jumlah sekolah, jumlah murid pada masing-masing kelas, jumlah penduduk dan lain-lain.

Dari data tersebut kita bisa melakukan analisa dan membuat gambaran yang jelas target pasar mana yang akan kita bidik? Seberapa besar peluang yang didapat dengan pasar? Produk apa yang sesuai dengan selera pasar?.

Dari data yang didapat, kita bisa menentukkan strategi pemasaran atas produk yang kita jual. dalam menjual barang kita tidak bisa memaksakan produk yang kita miliki, akan tetapi bisa saja produk tersebut di lakukan revisi untuk disesuaikan dengan kondisi pasar. Sebagai contoh produk asuransi beasiswa pelajar, yang sebelumnya dengan nilai pertanggungannya besar dan premi yang dibayar tiap bulanpun besar misalnya nilai pertangungan minimal Rp. 50 juta, maka bisa dirubah menjari Rp. 10 juta.

Begitupun dengan cara pembayaran premi, bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, akan merasa beban berat apabila harus membayar premi bulanan. Untuk itu kita bisa menyediakan tempat untuk menabung harian misalnya bekas keleng cat. Dimana uang diisi setiap hari dan pengambilannya dilakukan setiap bulan.  Mungkin bagi masyarakat berpenghasilan rendah, membayar premi Rp. 150 ribu per bulan cukup berat, akan tetapi apabila menyisihkan uang minimal Rp. 5 ribu per hari tidak akan merasa berat, walaupun setelah satu bulan jumlahnya sama, bahkan bisa lebih besar.

Strategi pemasaran dilakukan secara kolektif, untuk asuransi pendidikan, kerjasama dengan pihak sekolah. Pertama kita lakukan presentasi kepada kepala sekolah untuk menjelaskan bahwa program tersebut bermanfaat buat orang tua berpenghasilan rendah yang memiliki cita-cita untuk menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi.

Langkah berikutnya adalah meminta waktu kepada sekolah untuk presentasi kepada orang tua murid, biasanya dilangsungkan pada saat diadakan rapat orang tua murid. Presentasi ini merupakan momen yang penting dalam mengajak orang tua murid, membeli produk asuransi yang kita jual, sehingga upaya harus dilakukan maksimal dengan persiapan yang lengkap, seperti materi yang akan disampaikan, brosur, dan lain-lain.

Langkah ini sangat efektif, terbukti dalam suatu kasus bisa meningkatkan jumlah nasabah asuransi dari hanya 5 orang per bulan menjadi lebih dari 200 orang per bulan. Setelah strategi dibuat dan berhasil dalam menjaring konsumen, maka langka berikutnya diterapkan pada segmen yang lebih luas, dan apabila sebelumnya pada satu kecamatan, bisa diperluas menjadi 10  kecamatan, dan seterusnya.

Produk asuransi hanya sebuah contoh, dalam kenyataan pemetaan bisa diterapakan pada semua bidang usaha, walaupun mungkin dengan sumber data yang berbeda atau mungkin data yang sama akan tetapi memerlukan tambahan data lainnya.

Dengan pemetaan yang tepat, saya pernah mengelola usaha yang dalam kondisi kritis, dan kemungkinan akan dilikuidasi, Tapi mampu keluar dari kritis dan mampu meningkatkan keuntungan dari meningkatnya pemasaran produk  yang sebelumnya hanya Rp. 45 juta per bulan menjadi lebih dari Rp. 3 milyar per bulan, hanya dalam 3 bulan.

Sebagimana yang saya sampaikan diatas, bahwa pemetaan merupakan sebagai kecil dari analisa, untuk lebih lengkapnya saya telah menyusun e-book yang mengurai secara lengkap disertai dengan contoh nyata penerapannya dalam sebuah perusahaan.

Mungkin e-book tersebut wajib dimiliki oleh siapa saja yang terjun dalam bidang usaha, baik pengelola usaha, pemilik usaha maupun calon pengelola usaha. Dengan harga e-book yang sangat murah, yang kalaudihitung  dari peningkatkan hasil dari penerapan e-book tersebut, mungkin hanya sebanding dengan peningkatan pendapatan kurang dari satu hari saja.

Dalam jangka menengah dan jangka panjang, saya ingin berperan lebih luas dan nyata dalam mendukung usahawan dalam mengelola usahanya. Salah satunya adalah saya akan melakukan pemetaan tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan pengadaan bahan baku, proses produksi, pemasaran dan aspek lainnya. Karena dengan pemetaan yang baik disertai strategi yang tepat akan meningkatakan keuntungan bagi usahawan.

Salah satu kelemahan usaha kecil menengah adalah tidak mudah untuk memperoleh akses bahan baku yang murah dan tidak mudah untuk mendapatkan akses pasar produk jadi dengan harga tinggi. Hal ini karena terhalang oleh banyaknya mata rantai perdagangan.

Salah satunya adalah pengadaan bahan baku akan lebih murah apabila dilakukan secara kolektif dan dalam skala besar sehingga pembelian bisa langsung dari pabrik dengan memotong mata rantai. Sebagai contoh ketika saya mengelola impor pupuk, harga KCL ditingkat petani Rp. 1.850 per kg, sedangkan biaya impor kurang dari Rp. 1.300 per kg.

Selain itu untuk pembelian secara kolektif juga akan mengurangi ongos angkut (ongkos kirim) contohnya adalah biaya pengiriman TIKI dihiting per kg, jika kurang dari 1 kg dihitung 1 kg. apabila pengiriman Flash Disk satu biji harganya untuk 1 kg, padahal dalam 1 kg, bisa berisi puluhan FlashDisk.

Disamping itu dengan pengunjung website dari seluruh Indonesia bahkan ada yang dari luar negeri, akan memberikan link bisnis yang kuat untuk memasarkan produk usahawan dengan memberikan kemudahan akses dan melakukan barter produk, misalnya usahawan yang berada di Kalimantan, bisa menjual produk yang spesifik Kalimantan ke pada usahawan yang berada di jawa. Sebaliknya dia juga bisa memasarkan barang dari pulau jawa yang tidak ditemukan di Kalimantan.

Harapan tersebut memerlukan persiapan baik, jangka pendek maupun jangka panjang, dan tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu saya mencoba menjual produk, yang sebagian akan dipergunakan untuk pengembangan kedepan, untuk itu partisipasi anda sangat diperlukan.

Terima kasih, Sukses Selalu

Firdaus Hendrawan

Mekanisme Kerja Yang Efisien

Bahasan ini mungkin kelihatannya sederhana, dan jarang diperhatikan orang.  Banyak orang melakukan pekerjaan, baik itu sebagai karyawan atau yang wiraswasta, hanya mengikuti situasi yang ada, tanpa perencanaan. Artinya adalah apabila ada pekerjaan dikerjakan, kalau tidak ada diam atau mencari kesibukan dengan hal yang kurang bermanfaat, seperti ngrumpi, main catur atau yang lainnya.

Perlu diketahui bahwa cara kerja seseorang, akan menentukan produktivitas yang dihasilkan.  Kalau seorang karyawan bekerja hanya pada saat ada pekerjaan, tanpa inisiatif, maka karir dia tidak akan meningkat, tapi bisa saja jabatannya meningkat karena dia memiliki koneksi.  Begitupun dengan orang yang menggeluti usaha, maka usahnya hanya biasa-biasa saja, bahkan mungkin bisa mengalami kemunduran.

Menjalani pekerjaan harus memiliki perencanaan, perencanaan tidak hanya bicara target yang harus dicapai pada waktu tertentu, akan tetapi perencanaan harus dimulai dengan apa yang harus dkerjakan hari ini.  Kalau kita punya perencanaan setahun kedepan, akan tetapi tidak memiliki perencanaan harian, maka rencana setahun kedepan sulit dicapai. 

Kebiasaan saya adalah sebelum melakukan aktivitas, merapikan meja kerja, kemudian mengambil selembar kertas dan mulai menulis.  Saya menuliskan point-point pekerjaan yang belum diselesaikan hari kemarin dan menuliskan pekerjaan yang harus dikerjakan hari ini.  Lalu saya menguraikan cara mengerjakan point-point pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini.  Dan memikirkan cara yang paling efisien dalam menyelesaikan pekerjaan. Disamping itu juga ditentukan skala prioritas pekerjaan secara berurutan, artinya pekerjaan yang paling penting yang harus dikerjakan lebih dahulu, baru kemudian urutan kedua, begitu seterusnya sampai pekerjaan selesai.

Dalam melakukan pekerjaan juga harus difikirkan secara matang, kalau masih ragu lebih baik tidak dikerjakan.  Saya punya motto dalam hal berfikir, yang saya buat sendiri yaitu :

If we thingking, we can do anything, but if not thingking what we do is nothing

Artinya kurang lebih adalah “Apabila kita berfikir, kita bisa mengerjakan apapun, tetapi apabila tidak berfikir, apa yang kita kerjakan akan sia-sia’’

Langkah berikutnya adalah mendistribusikan pekerjaan yang harus dikerjakan kepada bawahan, langkah ini bisa dilakukan dengan memanggil satu per satu atau mengumpulkan mereka dengan mengadakan rapat.  Keduanya ada kelebihan dan kekurangannya.  Kalau memanggil satu per satu, komunikasi lebih intensif, tetapi waktu yang digunakan lebih lama. Kalau dilakukan rapat, maka waktu yang dipergunakan lebih efisien dan semua divisi mengetahui permasalah perusahaan, akan tetapi bawahan harus kreatif dalam menterjemahkan hasil rapat. Dari point pekerjaan yang sudah ditulis, tidak semuanya dapat dkerjakan bawahan,akan tetapi ada yang harus dikerjakan sendiri.

Kemudian kebiasaan saya adalah mempelajari lembaran-lembaran laporan harian yang telah terjadi pada hari kemarin, laporan tersebut berupa laporan keuangan harian, laporan produksi, laporan persediaan, laporan pemasaran, laporan kondisi mesin, laporan pembelian dan lain-lain.  Dari laporan tersebut dapat dilakukan evaluasi dan apabila terjadi masalah, maka harus segera diselesaikan.

Semua point pekerjaan harus diusahakan selesai hari ini, akan tetapi adakalanya pekerjaan tertunda karena berhubungan dengan orang lain, misalnya bertemu dengan orang lain.  Apabila orang tersebut tidak bisa ditemui, maka pekerjaan bisa diundur. 

Setelah pekerjaan selesai, sebelum pulang, maka kertas yang satu lembar tadi dibuka kembali dan dilingkari untuk pekerjaan yang sudah selesai dan dikasih tanda ½ untuk pekerjaan yang sudah dikerjakan akan tetapi belum tuntas, sedangkan yang belum dikerjakan, tidak perlu dikasih catatan. Lembaran tersebut disimpan untuk dilihat dalam penyusunan rencana kerja besok, dan begitu seterusnya.

Dalam jangka pendek, mekanisme kerja seperti ini tidak akan kelihatan hasil yang berarti, akan tetapi dalam jangka panjang, perkembangan perusahaan akan terlihat dengan jelas. Mekanisme kerja juga harus diterapkan kepada bawahan dan staff lainnya, sehingga dapat dijadikan menjadi budaya kerja.

Mekanisme ini tidak hanya berlaku bagi seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan , akan tetapi bisa atau lebih tepatnya harus dilakukan juga pada profesi lain seperti pengusaha dan lain-lain.

Kembali lagi pada berfikir sebelum mengerjakan suatu pekerjaan.  Saya punya contoh yang mungkin dapat memberikan inspirasi bagi anda, sebagai berikut :

Pada suatu waktu salah satu mesin mengalami kerusakan, padahal mesin tersebut sangat fital dalam kegiatan perusahaan, untuk itu perlu segera diperbaiki.  Mekanis perusahaan telah melakukan pengecekan atas kerusakan mesin. Dari hasil pengecekan disimpulkan bahwa ada satu komponen yang rusak, setelah diperbaiki, ternyata mesin masih belum bisa hidup.  Kemudian dilakukan perbaikan pada komponen lainnya, setelah dipasang ternyata masih belum juga hidup. Kemudian diperbaiki komponen yang lain, masih juga tidak jalan. 

Perbaikan telah dilakukan selama dua hari, mesin masih tidak bisa jalan, padahal mekanik bekerja siang dan malam. Sedangkan kerugian atas kerusakan mesin berimbas pada produk yang rusak yang nilainya lebih dari keuntungan dalam satu bulan. Tetapi pada saat mekanik, bekerja saya mengawasi langsung dan saya mempelajari cara kerja mesin.  Dari gejala yang timbul, saya menyimpulkan ada satu alat yang kelihatannya tidak rusak, tetapi sebenarnya tidak berfungsi.  Alat tersebut adalah solenoid yang fungsinya untuk menutup kran secara otomatis, apabila mesin dimatikan. 

Ternyata solenoid tidak dapat membuka pada saat mesin dihidupkan. Setelah saya pelajari fungsi solenoid adalah sebagai alat untuk menahan gas agar tida keluar dari evavurator pada saat mesin mati gunanya adalah agar pada awal star mesin dinyalakan bisa lebih efektif.  Akan tetapi solenoid dengan ukuran yang sama tidak ada dipasaran. Kalaupun ada, maka harus memesan dan baru datang tiga minggu kemudian.  Yang jelas, tidak mungkin menunggu selama tiga minggu untuk memperbaiki mesin. Setelah saya pelajari ternyata mesin bisa di by pass tanpa solenoid, walaupun kurang efektif.

Lalu saya panggil mekanis untuk diskusi, dan mengemukakan pandangan saya, dia bilang bukan solenoid yang rusak, karena solenoid masih utuh. Ketika saya jelaskan, mekanis tidak mau mengalah.  Akhirnya saya perintahkan agar dia memasang lagi semua komponen yang sudah di bongkar. Dan mencabut solenoid dari mesin dan pipa di sambung langsung.  Setelah selesai dipasang semua, lalu mesin dinyalakan, ternyata mesin bisa hidup dan berjalan normal.

Dari pengalaman tersebut, saya perintahkan kepada mekanis untuk melakukan inventarisasi suku cadang yang sering mengalami keruskan dan segera ajukan ke bagian pengadaan untuk dibeli sebagai cadangan.

Mudah mudahan cerita yang saya kemukanan dapat memberikan inspirasi bagi anda, walupun anda memiliki bidang yang berbeda dari contoh diatas,

Terima kasih, sukses selalu.

Firdaus Hendrawan

Optimalisasi Beternak Lele


Dalam budidaya lele terdapat tiga factor yang mempengaruhi untung ruginya usaha. Faktor pertama adalah factor biaya, kedua adalah factor jumlah hasil panen dan ketiga adalah factor harga jual.

Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, maka biaya yang dikeluarkan harus minimal atau efisien.  Efisien jangan disalahartikan.  Kadang orang menterjemahkan efisien dengan penghematan, padahal belum tentu hemat sama dengan efiisen.  Dalam tulisan lain saya sering mengatakan bahwa untuk melakukan efisiensi saya sering menaikan biaya, bahkan dalam kondisi perusahaan rugi, saya pernah menaikan gaji karyawan dengan alas an efisiensi. 

Contoh lain adalah jika kita sedang membangun rumah, karena ingin efisien, maka pekerja bangunan tidak di beri rokok, maka yang terjadi adalah pekerjaan seharusnya 1 hari, dikerjakan dalam 2 hari, kalau jumlah pekerja bangunan 5 orang dengan jumlah upah perhari Rp. 200 ribu, sedangkan biaya rokok hanya Rp. 20 ribu. Artinya dengan penghematan Rp. 20 ribu menjadikan pemborosan Rp. 200 ribu.

Dalam melakukan efisiensi harus dilihat komponen biaya yang paling besar, sehingga  apabila efisiensi bisa dilakukan, maka pengaruhnya sangat besar.  Dalam ternak lele, biaya yang paling besar adalah biaya pakan, yaitu 67 persen dari total biaya operasional.  Biaya inilah yang harus diturunkan, kenapa? Kalau biaya pembelian waring bisa diturunkan sebesar 50 persen, maka secara total penurunan biaya hanya 0,98 persen, akan tetapi apabila biaya pakan turun 50 persen, maka penurunan total biaya sebesar 32 persen.  Ini yang dinamakan skala prioritas. Lalu sebesar apa pengaruh penurunan pakan sebesar 32 persen terhadap keuntungan? Nanti akan saya bahas dalam analisa.

Fenomena yang terjadi sekarang, peternak lele sangat tergantung kepada pakan ternak buatan pabrik. Peternak tidak memiliki bergainning position terhadap kebijakan harga pakan.  Dilematis itu yang sekarang terjadi pada petenak lele.  Pada saat harga pakan tinggi, peternak harus tetap membeli pakan. Karena jika tidak, sifat lele yang kanibal akan saling memakan satu sama lain.  Disamping itu perkembangan lele akan sangat terhambat, sudah jelas kerugian yang akan diderita.

Lalu bagaiman caranya untuk mengatasi hal tersebut.  Saya teringat pada almarhum ayah saya, semasa hidupnya beliau senang memelihara lele, pakan yang digunakan tidak pernan menggunakan buatan pabrik. Akan tetapi setiap pulang kerja balau mampir ke pasar untuk membeli tulang dan sisa-sisa potongan ikan asin.  Sampai dirumah dijemur, lalu ditimbuk, kemudian dicampur dengan dedak. Kemudian diberikan  pad lele.  Ternyata lele yang dihasilkan perkembangannya cukup baik tidak kalah dengan yang diberi pakan buatan pabrik.  Dan yang paling penting adalah rasa lele jauh lebih lezat dari pada umumnya.  Kalau dihitung sekarang, katakanlah harga pakan pabrik Rp. 4.800 per kg, harga pakan buatan sendiri paling tinggi Rp. 1.500 per kh. Artinya pnghematan sebesar Rp. 3.300 atau sama dengan 69 persen.  Alternatif lain adalah membuat tepung ikan dari sisa-sisa makan pada rumah makan atau restoran. 

Faktor kedua adalah jumlah hasil panen, jumlah hasil panen sangat mempengaruhi dalam pencapaian keuntungan. Saya tidak akan menerangkan lebih jauh tentang cara untuk mendapatkan hasil panen maksimal, karena bukan bidang saya.  Akan tetapi saya katakan bahwa hasil panen merupakan factor penting dalam pencapaian keuntungan beternak lele.

Faktor ketiga adalah harga jual, harga jual dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Diantaranya adalah mata rantai perdagangan, peningkatan nilai tambah, biaya transportasi, penghargaan terhadap produk, harga pesaing, jumlah panen yang dihasilkan, peningkatan permintaan dan lain-lain  Tapi yang jelas pengaruh harga jual sangat dominan dalam pencapaian keuntungan beternak lele.

Apabila kita bisa mengoptimalkan salah satu factor, atau dua dari tiga factor, apalagi ketiga-tiganya. Maka saya yakin keuntungan yang diperoleh sangat besar.  Kita jangan mau jadi orang rata-rata, kita jangan mau menyerah kepada keadaan, kita jangan menyalahkan penyebab kesalahan, akan tetapi kita harus bisa mencari solusi kesalahan.

Terakhir saya akan memberikan analisa sebagai berikut :



Perhitungan Sebelum Efisensi dan Optimalisasi
No
 Uraian
 Kuantitas
 Harga
 Jumlah
 Total
 Ket.







 I
 Penjualan
        700
   9,000
 6,300,000
 6,300,000








 II
 Biaya Operasioan





    1
 Benih 
    10,000
     150
 1,500,000


    2
 Pakan Apung
        300
   4,800
 1,440,000


    3
 Pakan tenggelam
        500
   3,750
 1,875,000
 4,815,000








 III
 Biaya Investasi per






 Periode



    400,000


 Total Biaya 



 5,215,000

 IV
 Keuntungan Bersih



 1,085,000








 Perhitungan Setelah Efisensi dan Optimalisasi



 No
 Uraian
 Kuantitas
 Harga
 Jumlah
 Total
 Ket.







 I
 Penjualan
        840
 10,800
 9,072,000
 9,072,000








 II
 Biaya Operasioan





    1
 Benih 
    10,000
     150
 1,500,000


    2
 Pakan Apung
        300
   1,500
    450,000


    3
 Pakan tenggelam
        500
   1,500
    750,000
 2,700,000








 III
 Biaya Investasi per






 Periode



    400,000


 Total Biaya 



 3,100,000

 IV
 Keuntungan Bersih



 5,972,000








 Keterangan :





    1
 Kenaikan jumlah panen 20 persen



    2
 Kenaikan harga jual 20 persen



    3
 Harga pakan Rp. 1.500 per kg





Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa dengan asumsi kenaikan produksi 20 persen, kenaikan harga 20 persen dan harga pakan ditekan penjadi Rp, 1.500 per kg, maka keuntungan meningkat dari Rp. 1.085.000 menjadi Rp. 5.972.000, naik Rp. 4.887.000 atau 450 persen

Dalam kenyataanya mungkin optimalisasi keuntungan tidak sebesar itu, atau mungkin juga bisa lebih besar dari itu.  Tetapi yang jelas anda yang lebih tahu dalam pelaksanaannya.  Tetapi peluang untuk memperoleh keuntungan terbuka labar

Terima kasih, sukses selalu.

Firdaus Hendrawan