Rabu, 29 September 2010

Penjaga Gawang Tidak Akan Pernah Menjadi To Scorer

Sudah sejak lama, saya mempelajari perilaku usaha kecil dan menengah sebagai pelaku usaha. terutama factor penyebab, yang mengakibatkan usaha kecil menengah sulit berkembang dan sering kali menjadi korban dari keadaan. 

Dari hasil analisa, dapat disimpulkan setidaknya terdapat 6 faktor penyebab yang menjadikan UKM sulit berkembang. Dalam bahasan ini, saya hanya akan membahas salah satu factor yang cukup dominan.

Yaitu Salah Mengambil Posisi, untuk lebih mudahnya saya akan menganalogikan dengan judul materi diatas.  Terdapat perbedaan mendasar dalam mengambil posisi awal, yang membedakan antara pengusaha sukses dengan pengusaha yang gagal.  Pengusaha sukses dalam mengambil posisi akan mencari posisi strategis dimasa yang akan datang, walaupun pada saat sekarang berada pada tingkatan terendah.

Kalau diibaratkan pengusaha sebagai pemain sepak bola, bagi calon pengusaha sukses dia akan memilih sebagai penyerang ditingkat kecamatan dari pada sebagai penjaga gawang ditingkat Kabupaten. Mengapa demikian?. Salah satu penyebabnya adalah “Penjaga Gawang Tidak Akan Pernah Menjadi Top Scorer” dan dengan perjalanan waktu maka karir mereka akan meningkat bahkan bisa berperan pada jenjang yang lebih tinggi dari tingkat Kabupaten.

Bagi penyerang banyak terbuka lebar karir yang akan diraihnya dimasa yang akan datang, sehingga memungkinkan dari perjuangannya mendapatkan semua yang dicita-citakannya, tidak hanya uang, tetapi juga kepopuleran. Tidak sedikit penyerang mendapatkan tawaran yang dengan gaji yang melimpah, tidak itu saja banyak tawaran diluar sepak bola, seperti bintang iklan, bintang film dan lain-lain, bahkan setelah melewati masa pensiun, banyak diantara mereka menjadi pelatih di klub sepakbola terkenal.

Coba kita lihat apa yang terjadi dengan penjaga gawang, dalam satu tim penjaga gawang memiliki peran yang tidak lebih rendah dari pemain lainnya, termasuk penyerang. Akan tetapi dari segi perolehan dalam karir tidak akan secemerlang penyerang. Walaupun dengan perjuangan yang sangat keras untuk menghalau bola agar tidak masuk ke gawang yang dijaganya, tetapi dia hanya mendapatkan penghargaan sesaat pada saat mampu menyelamatkan gawangnya dan dan dengan cepat akan terlupakan. Sebaliknya jika gawang yang dijaganya kemasukkan gol, maka dia akan mendapatkan caci maki.

Memang ada sebagian kecil penjaga gawang memiliki prestasi yang legendaris, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, dia akan semakin terlupakan. Bahkan saya masih ingat ada penjaga gawang dari Ingris yang begitu terkenal, pada akhir karier melakukan perpisahan dengan mengadakan satu pertandingan, yang berakhir tragis, karena gawangnya kemasukan gol dan akhirnya klub yang dia bela kalah. Semenjak itu nama besarnya hilang ditelan waktu.

Saya tidak akan membahas lebih jauh tntang sepak bola karena bukan bidang saja, akan tetapi hanya sebuah perbandingan saja.  Dalam bidang usaha menentukan posisi awal, akan banyak berpengaruh pada perjalanan usaha berikutnya. Sebagaimana pernah saya bahas sebelumnya, bahwa usaha merupakan matarantai yang saling berhubungan satu dengan laiinya.

Dari mulai pengadaan bahan mentah, prosesing, collecting sampai dengan barang diterima oleh konsumen akhir (end user) akan melalui banyak matarantai.  Yang saya maksud dengan posisi adalah dimana usaha kita bergerak, apakah di penyedia bahan baku? Apakah sebagai produsen pembuat produk? Apakah sebagai pengepul? Ataukah sebagai penjual langsung ke konsumen akhir?

Saya banyak belajar dari teman-teman saya keturunan China, mereka sangat pendai menentukan posisi dalam berusaha, sehigga sudah bukan rahasia lagi kalau meraka merupakan pengusaha yang sukses, tidak hanya di Indonesia, akan tetapi diseluruh Dunia. Mengapa mereka bisa sukses? Salah satunya adalah mereka tidak pernah mengambil posisi, dimana posisi itu tidak menguntungkan, walupun dalam mengerjakannya cukup mudah. Mereka hanya akan mengambil posisi dalam mata rantai yang menguntungkan saja dan tanpa resiko yang besar. Walaupun posisi tersebut sulit dikerjakan, akan tetapi justru karena sulit itulah orang lain tidak tertarik untuk mengerjakannya.

Sebagai contoh saya telah menulis tentang bagaimana penderitaan peternak bebek petelor ketika menghadapi resiko kerugian disaat harga pakan naik? Atau bagaimana penderitaan mereka ketika bebek peliharaanya banyak yang mati karena diserang penyakit? Adapun ketika usaha normal, keuntungan yang diperoleh kurang dari 10 persen, sedangkan penjual telor asin memperoleh keuntungan sebesar 97 persen dengan hampir tidak memiliki resiko.

Begitupun dengan usaha peternakan lele, keuntungan terbesar dinikmati oleh pabrik pembuatan makanan lele , sedangkan peternak lele hanya mendapatkan keuntungan yang kecil dengan resiko yang besar, malahan kalau dihitung dengan cermat peternak lele dengan menggunakan pakan dari pabrik lebih banyak menderita kerugian dari pada memperoleh keuntungan.

Oleh karenanya jarang pengusaha keturunan China yang mau beternak lele atau beternak bebek, mereka mengambil posisi sebagai pembuat pakan ternak yang sudah jelas keuntungannya atau berperan sebagai pembuat dan penjual telor asin. Memang ada sebagian kecil dari mereka beternak lele, akan tetapi mereka juga memiliki pabrik pakan sendiri, sehingga walaupun dari beternak lele rugi, tetapi keuntungan dari pembuatan pabrik pakan jauh lebih besar dari kerugian ternak lele, sehingga secara keseluruhan keuntungan masih besar.

Lalu bagaimana agar pelaku usaha kecil, dapat memperoleh keuntungan dari beternak lele? Langkah yang harus dilakukan adalah melakukan efisiensi biaya yang paling besar yaitu pakan lele. Caranya adalah peternak harus mencari pakan alternative, contohnya adalah membuat pakan sendiri dari tepung ikan, seperti yang dilakukan oleh peternak lele di banyuwangi yang memanfaatkan hasil ikan dari nelayan yang tidak bisa dikonsumsi oleh manusia, dijadikan pakan lele, dan hasilnya keuntungan yang diperoleh sangat besar. Untuk lebih jelasnya bisa baca tulisan saya mengenai beternak lele.

Bagi peternak bebek, untuk meningkatkan keuntungan caranya adalah tidak hanya beternak bebek dan menjual telor mentah, tetapi mereka harus berani membuat dan memasarkan telur asin, sehingga keuntungan yang diperoleh bisa dinikmati sendiri.

Memang tidak mudah untuk memahami arti sebuah posisi, bahkan artikel saya tentang beternak lele, ada yang membantah dan mengatakan tidak mungkin memperoleh keuntungan besar dari beternak lele. Saya juga sadari bahwa saya memang belum punya pengalaman terjun langsung beternak lele, tetapi saya banyak menyimak dan menganalisa yang sudah dilakukan orang lain. Sebagai contoh, saya punya teman yang membuat sendiri tepung ikan sebagai bahan pokok pembuatan pakan lele, harga pokonya tidak lebih dari Rp. 3.000 per kg, padahal harga pakan lele rata-rata Rp. 6.700 per kg.

Artikel ini saya buat hanya untuk dijadikan wacana, bahwa ketika kita mendengar kesulitan yang dialami oleh peternak lele dan peternak bebek, ternyata masih ada yang mengambil posisi lain dengan memperoleh keuntungan yang sangat besar. Untuk itu tidak ada salahnya apabila kita memposisikan diri seperti mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan anda memberikan komentar atas artike yang telah anda baca. Terutama saran untuk perbaikan. Terima Kasih