Rabu, 29 September 2010

Kapan Pinjaman Modal Diperlukan?


Dalam banyak tulisan saya selalu mengatakan bahwa, saya tidak merekomendasikan untuk meminjam modal dari bank maupun pihak ketiga lainnya pada saat memulai usaha. Alasan saya adalah dalam banyak kasus modal pinjaman akan menjadi beban yang sangat berat dikala usaha yang dilakukan belum memperoleh kepastian.

Tidak beban pinjaman tidak hanya biaya bunga pinjman yang harus dibayarkan setiap bulan, akan tetapi cicilan pokok juga harus dibayarkan. 

Banyak orang keliru dalam menghitung kewajiban, rata-rata yang diperhitungkan adalah bunga pinjaman, padahal pokok pinjaman yang justru lebih berat cicilannya. Dalam tulisan saya terdahulu dibahas bagaimana pinjaman dapat membebani usaha yang pada akhirnya menjadikan usaha yang sebelumnya untung menjadi rugi(sebagai ilustrasi baca artikel “Mengubah Sudut Pandang dari Capital Seeking menjadi Capital Building selengkapnya).

Yang ideal tidak ada cara yang terbaik kecuali membangun permodalan sendiri, akan tetapi dalam banyak permintaan konsultasi banyak yang bertanya kapan mengenai modal pinjaman. Dalam hal ini saya akan membahas dengan analisa kapan seaiknya pinjaman modal diperlukan.

Syarat melakukan pinjaman modal adalah sebagai berikut :

  1. Ketika usaha berjalan pesat dengan permintaan yang terus mendesak, akan tetapi perusahaan tidak bisa melayani, dan kemungkinan jika kapasitas produksi tidak ditambah maka pelanggan akan beralih keperusahaan lain.
  2. Mengoptimalkan potensi permodalan perusahaan (mislanya, asset dalam bentuk deposito, aktiva yang tidak produktif, dll) sudah tidak memungkinkan.
  3. Mencari permodalan dengan cara membeli barang produksi secara kredit sudah tidak mungkin untuk dilakukan.
  4. Kapasitas alat produksi terpasang masih belum optimal, sehingga biaya produksi menjadi tidak efisien. Contoh adalah apabila kapasitas angkutan untuk 10 ton dengan biaya sekali angkut Rp. 2.000.000, maka biaya per kg adalah Rp. 200. akan tetapi kalau yang diangkut hanya 5 ton, maka baiay menjadi Rp. 400 per kg. begitupun dengan mesin produksi.

Yang paling penting adalah kita harus melakukan perhitungan secara matang dari segi analisis keuangan, karena inilah yang akan menentukan kondisi perusahaan setelah pinjaman diterima. Untuk lebih jelas, saya akan membuat contoh perhitungan sebagai berikut :

Pendapatan persuahaan sebelum melakukan pinjaman adalah sebesar Rp. 15.000.000 per bulan. Perusahaan akan mengembangkan usaha dengan mencari pinjaman bank sebesar Rp. 400.000.000,- dengan masa pinjaman selama 3 tahun (36 bulan) dan dengan bunga pinjaman sebesar 1,5 % Plat (tetap.

Perhitungan cicilan perbulan adalah sebagai berikut :
1.   Cicilan Pokok   Rp. 400.000.000 / 36 bulan                      Rp.  11.111.000,-
2.   Bunga Pinaman  1,5 % x Rp. 400.000.000                       Rp.    6.000.000,-
      Jumlah                                                                                    Rp.  17.111.000,-

Apabila dengan penambahan pinjaman modal mengakibatkan pendapatan lebih dari Rp. 17.111.000 ditambah cadangan 20 %, menjadi Rp. 20.533.200,-, maka pinjaman tersebut layak untuk diterima. Apabila kurang dari itu, maka sebaiknya jangan diterima. Kekeliruan banyak usahawan adalah hanya memperhitungkan beban bunga bank saja, sedangkan pokok tidak diperhitungkan.

Kita lihat kalau dengan pinjaman Rp. 400.000.000, hanya menghasilkan keuntungan Rp. 7.500.000 per bulan, walaupun kelihatan untung sebesar Rp. 1.500.000 per bulan. Akan tetapi dilihat dari Cash Flow, maka setiap bulan modal akan berkurang sebanyak kurang lebih Rp. 10.000.000 rupiah. Artinya dalam 36 bulan berkurang Rp. 360.000.000 belum lagi kalau diperhitungkan dengan berkurangnya modal akan menjadikan berkurangnya keuntungan.

Contohnya adalah pada bulan kedua modal berkurang menjadi Rp. 390.000.000, maka keuntungan berkurang menjadi Rp. 7.300.000, dan seterusnya.  Pada saat kita melunasi cicilan pada bulan ke 36, maka tidak menutup kemungkinan hutang lunas, perusahaanpun tutup.

Yang perlu diperhitungkan juga adalah perlu adanya upaya untuk terus mempertahankan posisi keuntungan yang diperoleh bahkan harus terus ditingkatkan. Pinjaman bank jangka panjang tidak boleh dipergunakan untuk membiayai usaha musiman, karena hal ini akan sangat memberatkan.

Kalau kita membaca apa yang telah saya uraikan diatas, mungkin cukup mengerikan, dan bisa saja ada yang akan meminjam modal dari bank mengurungkan niatnya. Akan tetapi saya tidak bermaksud untuk menakut-nakuti, akan tetapi prinsip kehati-hatian harus dipegang.

Saya sekarang akan membahas materi pokok kapan usaha layak didanai dari pinjaman bank, untuk lebih jelasnya saya akan uraiakan dalam bentuk contoh kasus sebagai berikut :

Suatu saat saya diminta untuk mealukan analisa atas kredit yang akan diberikan kepada sebuah perusahaan peternakan sapi perah. Kredit tersebut akan dipergunakan untuk menambah investasi membeli sapi perah. Dari kredit yang dikucurkan sebesar Rp. 4 milyar untuk membeli 500 ekor sapi induk yang pada saat itu Rp. 8 juta per ekor. Masa pinjaman selama 6 tahun, dengan bunga pinjaman sebesar 12 % plat.

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

1. cicilan pokok    Rp. 4 milyar / 72 bulan                  Rp. 55.556.000
2. Bunga 1 % x Rp. 4 milyar                                        Rp. 40.000.000
   Jumlah                                                                        Rp. 95.556.000

Dari pinjaman tersebut keuntungan perusahaan akan bertambah sebesar Rp. 100 juta sebulan. Apabila dilihat dari cash flow, saya tidak akan merekomendasikan pinjaman untuk diterima, karena ada factor resiko yang lebih besar dari itu, misalnya sapi sakit atau mati, akan berdampak sangat berat pada cash flow.

Akan tetapi ada aspek lain yang perlu untuk dipertimbangkan adalah bahwa, dengan kapasitas produksi yang terpakai baru 50 persen sedangkan biaya produksi per bulan sebesar  Rp. 60. juta, dengan penambahan produksi terdapat kuuntungan efisiensi sebesar Rp. 30 juta per bulan.                          

Disamping itu secara teknis, maka sapi akan terus berkembang, dari 500 ekor pada tahun pertama, dengan mempertimbangkan bahwa sapi melahirkan setiap 13 bulan, maka pada tahun ke enam jumlah sapi induk produksi akan menjadi 5 ekor, artinya produksi akan bertambah sebanyak 500 persen dengan penambahan produksi maka biaya produksi akan dapat ditekan lagi.

Maka rekomendasi saya waktu itu adalah kredit layak diterima, dengan pertimbangan bahwa pada tahun pertama  kredit diterima perusahaan harus sangat hati-hati dalam mengelola Cash Flow, setelah tahun keenam keuntangan yang diperoleh sangat besar.

Akan tetapi saya memberi catatan bahwa, factor teknis tata laksana pemeliharaan harus diperhatikan dan harus dilakukan secara intensif. Pada kesempatan lain saya akan membahas tentang teknis pengelolaan sapi perah yang efektif, sehingga mampu meningkatkan keuntungan hinggan 10.000 persen.

Terima kasih, sukses selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan anda memberikan komentar atas artike yang telah anda baca. Terutama saran untuk perbaikan. Terima Kasih