Rabu, 29 September 2010

Cash Flow Kena Profit Dapat


Keberhasilan suatu usaha ditentukan oleh dua hal. Yang pertama adalah mendapatkan profit atau keuntungan yang maksimal. Kedua adalah mendapatkan uang cash atau tunai dari hasil usaha.

Sebagian besar orang memandang bahwa keberhasilan suatu usaha, dinilai dari keuntungan saja. Sehingga tidak sedikit dari usahawan yang mengalami kebangkrutan walaupun menurut catatan keuntungan yang dperoleh cukup besar. Contoh dalam artikel sebelumnya saya menulis ada seorang pengusaha yang mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 2 miliar, tetapi usahaanya bangkrut karena sudah tidak memiliki modal usaha serta harus menanggung hutang sebesar Rp. 3,5 miliar.

Ada juga sebagian kecil usahawan yang memiliki pandangan dan cara kerja dengan mengumpulkan cash flow tanpa memperhatikan profit. Caranya adalah mereka membeli barang dengan kredit dan menjual dengan cara tunai. Kalau memperhatikan kaidah profitabilitas, hal ini  merupakan hal yang wajar. Akan tetapi mereka menjual barang dibawah harga beli, dengan tujuan agar barang tersebut cepat laku dan dia memiliki uang tunai yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan.

Jika uang tunai dipergunakan untuk menjalankan usaha yang akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar, maka kerugian dari penjualan sebelumnya dapat ditutupi. Tetapi jika uang tunai dipergunakan untuk kebutuhan yang tidak produktif (misalnya membayar utang, investasi yang belum pasti dan lain-lain), maka kerugian akan semakin dalam dan pada saat hutang jatuh tempo, perusahaan tidak mampu membaynya.

Dalam jangka pendek bisa saja kewajiban ditutupi dengan mencari pinjaman baru, akan tetapi hal ini tidak akan berlangsung lama, karena pada saatnya perusahaan tidak bisa memiliki kepercayaan dan dia sulit untuk mendapatkan pinjaman. Sedangkan kewajiban semakin besar dan tidak bisa dibayar. Pada titik ini usaha akan berhenti dan perusahaan menanggung beban hutang.

Pada awalnya pengusaha tersebut mungkin tidak memiliki niat untuk menjual barang dengan harga dibawah harga beli, tetapi pada saat barang tersebut sulit dijual, sedangkan jatuh tempo pembayaran barang sudah mendesak, maka dengan terpaksa barang tersebut dijual murah. Mungkin juga produsen menyadari bahwa barang tersebut sulit dijual, sehingga dia berani melepas barang dengan cara kredit.

Sebenarnya ada cara untuk mengatasinya, yaitu memberitahukan kondisi tersebut kepada penjual bahwa barang sulit dipasarkan, solusinya bisa minta penurunan harga atau bila tidak ada kesepakatan barang minta ditarik kembali. Walaupun terdapat kerugian ongkos angkut dan ongkos bongkar muat. Tetapi kerugian tersebut tidak akan sebesar apabila barang dipaksakan dijual dengan harga murah.

Bagi usahawan sejati, dalam keadaan apapun tidak boleh mengorbankan keduanya baik Cash flow maupun profit (keuntungan). Apabila terpaksa, bisa saja memperkecil salah satu tapi tidak boleh minus. Contohnya apabila kita memerlukan perputaran uang tunai, maka bisa saja mengurangi keuntungan, tapi tidak boleh rugi.

Begitupun untuk meningkatkan keuntungan dengan cara penjualan kredit, tapi tetap harus mempertimbangkan kredit yang diberikan harus aman, dengan mempertimbangkan syarat aman kredit, yang akan saya bahas secara khusus dalam artikel berikutnya, karena memerlukan paparan yang cukup panjang.

Kita harus ingat bahwa dalam melakukan usaha bukan hanya memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya, tetapi hasil keuntungan tersebut berwujud nyata dan bisa kita nikmati. Sebagai ilustrasi, saya akan memberikan contoh nyata dalam menyikapi hal tersebut diatas.  Seorang client saya mengutarakan keadaan sebagai berikut : perusahaanya memperoleh tawaran kontrak pengadaan Handphone yang berfungsi sebagai modem dari sebuah perguruan tinggi. jumlah permintaan sebanyak 1.000 unit dengan harga jual Rp. 400.000. cara pembayaran dengan dicicil 4 kali selama 4 bulan (Rp. 100 ribu per bulan). 

Perusahaan diminta menyediakan fasilitas hot spot pada lokasi perguruan tinggi tersebut sebanyak 10 unit  dengan total biaya pemasangan  Rp. 18,5 juta. Disamping itu perusahaan memberikan bonus berupa HP yang sama sebanyak 20 unit (dengan nilai Rp. 8 juta). Harga pembelian HP tunai adalah Rp. 280 ribu per unit, tetapi jika kita beli dengan kredit selama 8 bulan, harganya Rp. 350 ribu per unit.

Client saya memutuskan untuk membeli dengan cara tunai, dengan pertimbangan bahwa terdapat selisih harga yang cukup besar antara pembelian kredit dan pembelian tunai sebesar Rp. 70 ribu rupiah. Akan tetapi perusahaan tidak memilki dana yang cukup untuk membeli dengan cara tunai, untuk itu mengupayakan pinjaman dari bank atau pihak ketiga. Tetapi setelah dua bulan berjalan ternyata pinjaman tidak diperoleh. Oleh karenanya dia meminta saran saya untuk mengatasinya.

Setelah saya pelajari cara penjualan walaupun dengan cara kredit, tetapi memiliki jaminan pembayaran yang aman dan tepat waktu, karena pembayaran dilakukan melalui bendahara perguruan tinggi tersebut yang langsung dipotong dari gaji penerima kredit. Penerima kredit memberikan surat kuasa untuk pemotongan gaji setiap bulan untuk dibayarkan atas penerimaan kredit HP. Sebesar Rp. 100 ribu per bulan selama 4 kali.

Untuk mengoptimalkan keuntungan saran saya adalah penjualan dilakukan tidak sekaligus, tetapi dibagi menjadi empat bulan (empat kali pengiriman), setiap bulan dikirim sebanyak 250 unit. Pada awal pengiriman perusahaan membeli secara kredit, Pada bulan berikutnya sebagian kredit dan  tunai.. Pembelian tunai dilakukan menggunakan dana pembayaran atas penjulan, tetapi belum dibayarkan kepada penjual HP karena belum jatuh tempo.

Untuk lebih jelasanya saya akan menggambarkan dalam tabel sebagai berikut :

PROYEKSI ARUS KAS (CASH FLOW)






 PENJUALAN HANDPHONE






 (Dalam ribuan)
 No
 Uraian
 Jumlah
 Bulan
 Jumlah


 Unit
               1
               2
               3
               4
               5
 Setahun









 I
 Saldo Awal

       5,000
          375
       8,413
       6,888
          175
        5,000
 II
 PENERIMAAN







       1
 Penerimaan Penjualan I
       250

     25,000
     25,000
     25,000
     25,000
    100,000
       2
 Penerimaan Penjualan II
       250


     25,000
     25,000
     25,000
    100,000
       3
 Penerimaan Penjualan III
       250



     25,000
     25,000
    100,000
       4
 Penerimaan Penjualan IV
       250




     25,000
    100,000










 Jumlah Kas Tersedia
    1,000
       5,000
     25,375
     58,413
     81,888
  100,175
    405,000









 III
 PENGELUARAN







       1
 Pembayaran Kredit I
       250

     10,938
     10,938
     10,938
     10,938
      87,500

 Pembayaran Kredit II
       150


       6,563
       6,563
       6,563
      52,500

 Pembayaran Kredit III
         50



       2,188
       2,188
      17,500
       2
 Pembelian Tunai I
       100


     28,000


      28,000

 Pembelian Tunai II
       200



     56,000

      56,000

 Pembelian Tunai III
       250




     70,000
      70,000
       3
 Pasang Hot Spot

       4,625
       4,625
       4,625
       4,625

      18,500
       4
 Bonus
         20

       1,400
       1,400
       1,400
       1,400
        5,600










 Jumlah Kas Keluar
    1,020
       4,625
     16,963
     51,525
     81,713
     91,088
    335,600

 Saldo Akhir

          375
       8,413
       6,888
          175
       9,088
      69,400

Tabel diatas sebenarnya perhitungan untuk 12 bulan, tetapi karena tidak cukup, maka hanya ditampilkan selama 5 bulan.

Dari perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa dengan pengaturan cash flow yang tepat, dapat memaksimalkan keuntungan tanpa menggunakan modal sendiri.  Dengan dana hasil penjualan kredit selama 4 bulan sedangkan pembelian kredit selama 8 bulan, maka terdapat dana tunai yang dapat diputar untuk membei HP secara tunai sebanyak 550 buah dari jumlah penjualan sebanyak 1.000 buah. Sehingga terdapat peningkatan keuntungan dengan perhitungan sebagai berikut :

550 x (Rp. 350.000 – Rp. 280.000) = Rp. 38.500.000)

Sehingga pada proyek tersebut, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 64.400.000 (Rp. 69.400.000 – Modal Awal Rp. 5.000.000).

Dalam menjalankan usaha kita akan sering dihadapkan dengan kondisi pilihan seperti yang diuraikan diatas. Apabla analisa tepat dan menguasai ilmu cash flow, maka banyak potensi keungan yang bisa dimaksimalkan dan dapat meningkatkan keuntungan yang optimal.  Perlu diketahui bahwa hampir 80 persen dari client saya yang mengalami kesulitan mengenai modal dapat diselesaikan dengan pengaturan cash flow yang baik. Tanpa harus mencari pinjaman modal. Untuk itu saya telah memnyusun e-book tetang cash flow secara lengkap agar anda lebih memahami dan mampu menjalankan usaha dengan pengaturan keuangan yang baik.

Terima Kasih, Sukses Selalu

Hormat saya,

Firdaus Hendrawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan anda memberikan komentar atas artike yang telah anda baca. Terutama saran untuk perbaikan. Terima Kasih