Minggu, 12 Desember 2010

Pertumbuhan Yang Menyedihkan


“Berbeda dengan perekonomian negara-negara maju di dunia yang diterpa krisis, perekonomian Indonesia terus berkembang pesat. Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6,2 persen di kuartal kedua tahun 2010”.

Ini merupakan hal yang membanggakan, dan perekonomian Indonesia mulai diperhitungkan oleh Negara-negara maju. Sehingga aliran modal masuk ke Indonesia baik ke bursa saham maupun investasi dalam sector riil tumbuh dengan pesat.

Data yang dilansir oleh majalah Forbes menunjukkan bahwa, jumlah kekayaan orang terkaya di Indonesia pada tahun 2009 sebesar USD 40.120 miliar. Pada tahun 2010 meningkat menjadi USD 71.305 miliar atau terdapat pertambahan sebesar USD 31.185 miliar atau 78 persen. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang terkaya di Indonesia turut menikmati pertumbuhan ekonomi.

Dari kedua data tersebut kita boleh bangga, akan tetapi coba kita simak data yang dikeluarkan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM. Pelaku usaha mikro yang memiliki modal usaha antar Rp. 0 sampai dengan Rp. 50.000.000  pada tahun 2008 terdapat 50.847.771 unit, sedangkan pada tahun 2009 tedapat 52.176.795 unit. Atau terjadi kenaikan sebanyak  1.329.024 unit. Data lain menunjukkan bahwa pelaku usaha mikro mencapai 98,88 persen, sedangkan pelaku usaha katagori besar hanya 0,01 persen saja.

Saya mencoba mencari tahu gambaran pelaku usaha katagori Mikro. Yang saya dapatkan adalah ketika saya mengunjungi sebuah kawasan kumuh yang didalam yang terdiri dari kamar-kamar kontrakan. Disekelilingnya banyak terdapat roda untuk berjualan makanan seperti nasi goreng, bakso, sate dan lain-lain.

Pada sebuah kamar kontrakan saya temui seorang ibu yang sedang menangis terisak-isak. Saya mencoba menemuinya, dan saya tanya mengapa dia menangis. Jawabannya adalah dia sangat sedih karena anaknya yang paling kecil, yang baru berumur 2 tahun meminta jajan, sedangkan dia tidak memiliki uang karena suaminya yang sehari-hari berjualan nasi goreng, sudah tiga hari tidak berjualan karena sedang sakit.

Yang saya bayangkan adalah, apabila semua usaha mikro kondisinya seperti apa yang dialami oleh si ibu tadi. Sedangkan di Indonesia masih terdapat 52.176.795 unit usaha katagori mikro, apabila seorang pelaku usaha mikro memiliki tanggungan 4 orang, artinya lebih dari 200 jiwa mengalami hal yang sama.

Yang disayangkan adalah, mengapa pertumbuhan ekonomi harus diikuti dengan pertumbuhan jumlah pelaku usaha mikro? Mengapa pertumbuhan hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang saja? Ini mungkin dapat dijadikan  bahan kajian kita bersama.

(Tulisan ini saya muat di Kompasiana, pada hari Minggu 12 Desember 2010)

Minggu, 05 Desember 2010

Konsep Pengembangan Usahawan Mikro, Kecil dan Mengenah

Pertanyaan Sdr. D'ALIYIN MURTADHA

Deskripsi Permasalahan:
Bagaimana cara pembuatan pakan Lele dan bagaimana beternak Lele yg menggunakan lahan dari Kotak Kayu ukuran 1,5 x 1,5 m2 dg Luas Lahan 7m x 5,5m serta cara pengairannya, demikianlah atas perhatiannya di ucapkan Terima kasih.....

Jawaban :

Yth, Sdr. D'ALIYIN MURTADHA
Di Bandar Lampung

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas pertanyaan yang saudara sampaikan. Mengenai pokok permasalahan yang saudara tanyakan, mungkin jawabannya tidak sesuai dengan harapan saudara tetapi setidaknya saya akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang menajemen usaha. Dalam menjalankan usaha ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah aspek teknis, jika dilihat dari pertanyaan yang saudara sampaikan maka untuk memelihara lele di tempat yang sempit dengan keterbatasan air, masih memungkinkan untuk dilaksankan. Tentunya dengan memperhatikan syarat hidup lele, misalnya air cukup tersedia, sirkulasi udara yang baik dan pakan yang cukup.

Yang kedua adalah aspek ekonomis, apakah memelihara lele ditempat pemukiman padat seperti di tempat saudara secara ekonomis masih layak dilakukan? Pertanyaan ini harus dijawab dengan analisa biaya dan analisa laba rugi. Walaupun secara teknis usaha bisa dilakukan akan tetapi secara ekonomis tidak memberikan keuntungan yang layak, maka saya sarankan usaha tersebut jangan dijalankan.

Yang ketiga adalah aspek pemasaran, apakah pemasaran hasil panen dapat dilakukan dengan mudah, tentunya juga dengan harga yang layak.  Hal ini sangat menentukan layak tidaknya suatu usaha.

Untuk jawaban pertanyaan saudara secara teknis, sebaiknya saudara membaca artikel saya yang khusus membahas budidaya lele. Atau jawaban-jawaban saya yang sering menerima pertanyaan tentang budidaya lele ini pada website Usahawan Sejati.net.

Tetapi saya akan menjelaskan secara global tentang peluang usaha. propinsi Lampung tempat saudara tinggal memiliki potensi yang sangat besar. Dari mulai pertanian, perkebunan, peternakan sapi potong dan lain-lain. Salah satunya adalah PT. Great Giant Pineaple Company (GGPC) perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha pertanian nenas, dengan lahan yang dikuasai sebanyak 50.000 ha. Lahan yang sudah ditanami sebanyak 15.000 hektar dan lahan dalam persiapan sebanyak 7.000 hektar. Setiap hektar menghasilkan 135 ton nenas dan masa panen selama 1,5 tahun. Artinya dari lahan yang sudah ditanami menghasilkan 2.025.000 ton nenas setiap kali panen atau rata-rata 1.350.000 ton per tahun, apabila harga nenas Rp. 5.000 per kg maka omzet penjualan sebesar Rp. 6,75 triliun per tahun. Apabila 50.000 hektar sudah ditanami semua. Maka omzet penjualan mencapai Rp. 22,5 triliun per tahun.

Disamping kebun nenas perusahaan tersebut memiliki peternakan sapi potong dengan nama Great Giant Live Cattle (GGLC). Kapasitas kandang yang dimiliki sebanyak 40.000 ekor. Apabila setiap bulan perusahaan menjual 20.000 ekor, dengan harga rata-rata Rp. 10 juta per ekor, maka omset penjualan sebesar Rp. 200 miliar atau 1,6 triliun per tahun.

Dan masih banyak lagi perusahaan besar yang masuk ke Propinsi Lampung dengan mamanfaatkan potensi yang dimiliki, diantaranya adalah :

  1. PT. Gunung madu, yang bergerak dalam bidang perkebunan tebu dan memiliki pabrik gula pasir.
  2. PT. Bunga Mayang, bergerak dalam bidang perkebunan tebu dan memiliki pabrik pengolahan gula pasir. Lahan yang dikuasai sebanyak 15.000 hektar.
  3. PT. Medco, bergerak dalam bidang pertanian singkong. Lahan yang dikuasai 800 hektar
  4. PT. Nakau Candi Mas, bergerak dalam perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 4.800 hektar
  5. PT. Barat Selatan Makmur Investindo (PT. BMSI) bergerak dalam pertanian Singkong 2.000 hektar dan perkebunan sawit 2.000 hektar.
  6. PT. Nusantara Tropical Fruit (PT. NTF) bergerak dalam perkebunan pisang Carvendis dengan luas lahan 1.000 hektar
  7. PT. Sutomo Agri Mas, bergerak dalam perkebunan sawit dengan luas lahan 7.000 hektar
  8. PT. Huma Indah Mekar, bergerak dalam perkebunan karet dengan luas lahan 4.800 hektar.
  9. PT. Juang Jaya, bergerak dalam peternakan sapi potang dengan kapasitas kandang sebanyak 18.000 ekor.

Dan banyak lagi perusahaan baik nasional maupun internasional menanamkan modalnya  di Propinsi Lampung dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Propinsi Lampung. Sungguh ironis apabila penduduk Propinsi Lampung sendiri harus mencari nafkah dengan hanya beternak lele dengan hanya memanfaatkan lahan sebanyak 7 meter x 5,5 meter.

Pertanyaan saya adalah, apakah dengan beternak lele dengan luas kolam 1,5 meter persegi dalam jangka panjang dapat menjadikan kita menjadi usahawan yang tangguh dan bisa berkembang seperti mereka?. Yang jelas saudara sendiri yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Akan tetapi fenomena ini hampir menimpa hampir seluruh usahawan maupun calon usahawan.

Sebagai gambaran, hasil survey menunjukkan bahwa dari  52,769,280 pengusaha di Indonesia 98,88 persen adalah pengusaha katagori mikro dengan asset kurang dar Rp. 50 juta rupiah. Sedangkan  pengusaha besar dengan asset lebih dari Rp. 10 milyar hanya 0,01 persen saja atau 4.677 orang saja.

Yang lebih tragis lagi jumlah kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia sebesar Rp. 642 triliun, jumlah tersebut sama dengan kekayaan 26 juta orang pengusaha katagori mikro.

Ini merupakan bahan yang harus kita renungkan bersama, dan saya secara pribadi terdorong untuk melakukan upaya agar mampu menggerakan usahawan-usahawan katagori mikro, kecil dan menengah untuk tumbuh dan berkembang untuk mengejar ketertinggalan. Dalam empat tahun terakhir saya telah membuat satu konsep, berupa :

  1. Kumpulan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh pengusaha katagori mikro, kecil dan menengah, sehingga mereka sulit berkembang.
  2. Membuat perbaikan atas kelemahan-kelemahan tersebut, dengan membuat pola yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan usaha serta dengan memberikan panduan yang mudah di fahami.
  3. Menguji pola tersebut dilapangan dan hasilnya dievaluasi agar setiap kelemah dari pola tersebut segera dipelajari.
  4. Kini saya telah memiliki konsep yang telah terbukti dapat menggerakan usahawan yang sebelumnya lemah dan tidak berdaya, kini tumbuh menjadi usahawan yang tangguh dan terus berkembang dengan percaya diri, sehingga dalam jangka panjang akan tercatat sebagai pengusaha dengan katagori besar.
  5. Dan saya yakin, mampu menggerakan mereka untuk tumbuh menjadi besar dengan konsep kebersamaan dengan membentuk jaringan yang kuat (karena saat ini tidak ada satupun orang maupun lembaga yang peduli untuk mengembangkan mereka) karena untuk mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah, tidak hanya bicara masalah modal, tetapi bimbingan dan tentunya memberikan kesempatan dalam berusaha.  Keyakinan ini akan terwujud apabila langkah yang saya ambil mendapat dukungan dari anda dan tentunya Ridho dari Allah S.W.T.
Bersambung …………………….